10 KOTA MATI

1.Kolmanskop
Kolmanskop adalah sebuah kota mati di selatan Namibia, beberapa kilometer dari pelabuhan Luderitz. Di tahun 1908 Luderitz mengalami demam berlian, dan orang-orang kemudian menuju ke padang pasir Namib untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah. Dalam dua tahun terciptalah sebuah kota yang megah lengkap dengan segala prasarananya seperti kasino, sekolah, rumah sakit, juga dengan bangunan tempat tinggal yang eksklusif yang berdiri di lahan yang dulunya tandus dan merupakan padang pasir. Tetapi setelah perang dunia pertama, jual beli berlian menjadi terhenti, ini merupakan permulaan berakhirnya semuanya. Sepanjang tahun 1950 kota mulai ditinggalkan, pasir mulai meminta kembali apa yang menjadi miliknya. Papan metal yang kokoh roboh, kebun yang cantik dan jalanan yang rapi dikubur dibawah pasir, jendela dan pintu bergeretak pada setiap engselnya, kaca-kaca jendela terpecah membelalak seperti menunjukan kehancuran pada hamparan pasir yang menjulang. Quote: Sebuah kota mati baru telah dilahirkan, sampai saat ini masih nampak sepasang banguna yang berdiri, juga terdapat bangunan seperti sebuah teater masih dalam kondisi yang sangat baik, dan sisanya, rumah-rumah tersebut hancur digerus pasir dan menjadi deretan rumah-rumah hantu yang menakutkan.

2.Prypiat
Prypiat adalah sebuah kota besar di daerah terasing di Ukraina Utara, merupakan daerah perumahan para pekerja kawasan nuklir Chernobyl. Kawasan ini mati sejak terjadinya bencana nuklir Chernobyl yang menelan hampir 50.000 jiwa. Setelah kejadian, lokasi ini praktis seperti sebuah museum, menjadi bagian dari sejarah Soviet. Bangunan apartement, kolam renang, rumah sakit, dan banyak bangunan yang lain hancur. Dan semua isi yang terdapat dalam bangunan tersebut dibiarkan ada di dalamnya, seperti arsip, TV, mainan anak-anak, barang berharga, pakaian dan lain-lain semua seperti kebanyakan milik keluarga-keluarga pada umumnya.

Penduduk hanya boleh mengambil dokumen penting, buku dan pakaian yang tidak terkontaminasi oleh nuklir. Namun sejak abad 21, tidak lagi ada barang berharga yang tertinggal, bahkan tempat duduk dikamar kecilpun dibawa oleh para penjarah, banyak dari bangunan yang isinya dirampok dari tahun ke tahun. Bangunan yang tidak lagi terawat, dengan atap yang bocor, dan bagian dalam bangunan yang tergenang air di musim hujan, semakin membuat kota tersebut benar-benar menjadi kota mati. Kita bisa melihat pohon yang tumbuh di atap rumah, pohon yang tumbuh di dalam rumah. Para CoD 4 players pasti mengenali kota yg satu ini.

3.Sanz Hill
Disebelah Utara Taiwan, terdapat sebuah kampung yang futuristic, pada awalnya dibangun sebagai sebuah tempat peristirahatan yang mewah bagi kaum kaya. Bagaimanapun, setelah terjadi banyak kecelakaan yang fatal pada masa pembangunannya akhirnya proyek tersebut dihentikan. Setelah mengalami kesulitan dana dan kesulitan para pekerja yang mau mengerjakan proyek tersebut akhirnya pembangunan resort tersebut benar-benar dihentikan ditengah jalan. Desas-desus kemudian bermunculan, banyak yang bilang kawasan kampung tersebut menjadi tempat tinggal para hantu, dari mereka yang sudah meninggal.

4.Craco
Craco terletak didaerah Basilicata dan provinsi Matera sekitar 25 mil dari teluk Taranto. Kota pertengahan ini mempunyai area yang khas dengan dipenuhi bukit yang berombak-ombak dan hamparan pertanian gandum serta tanaman pertanian lainnya. Ditahun 1060 ketika kepemilikan lahan Craco dimiliki oleh uskup Arnaldo pimpinan keuskupan Tricarico. Hubungan yang berjalan lama dengan gereja membawa pengaruh yang banyak kepada seluruh penduduk. Di tahun 1891 populasi penduduk Craco lebih dari 2000 orang, waktu itu mereka banyak dilanda permasalahan social dan kemiskinan yang banyak membuat mereka putus asa, antara tahun 1892 dan 1922 sekitar 1300 orang pindah ke Amerika Utara. Kondisi pertanian yang buruk ditambah dengan bencana alam gempa bumi, tanah longsor serta peperangan inilah yang menyebabkan mereka bermigrasi massal.

Antara tahun 1959 dan 1972 Craco kembali diguncang gempa dan tanah longsor. Di tahun 1963 sisa penduduk sekitar 1300 orang akhirnya dipindahkan ke suatu lembah dekat Craco Peschiera, dan sampai sekarang Craco yang asli masih tertinggal dalam keadaan hancur dan menyisakan kebusukan sisa-sisa peninggalan penduduknya.

5.Oradour Sul Glane

Perkampungan kecil Oradour Sul Glane di Perancis menunjukan sebuah kondisi keadaan yang sangat mengerikan. Selama perang dunia ke II, 642 penduduk dibantai oleh tentara Jerman sebagai bentuk pembalasan atas terhadap perlakuan Perancis waktu itu. Jerman yang waktu itu sebenarnya berniat menyerang daerah di dekat Oradour Sul Glane tapi akhirnya mereka menyerang perkampungan kecil tersebut pada tanggal 10 Juni 1944. menurut kesaksian orang-orang yang selamat, penduduk laki-laki dimasukan kedalam sebuah gudang dan tentara jerman menembaki kaki mereka sehingga akhirnya mereka mati secara pelan-pelan. Wanita dan anak-anak yang dimasukan ke dalam gereja, akhirnya semua mati tertembak ketika mereka berusaha keluar dari dalam gereja. Kampung tersebut benar-benar dihancurkan tentara Jerman waktu itu. Dan sampai saat ini reruntuhan kampung tersebut masih berdiri dan menjadi saksi betapa kejamnya peristiwa yang terjadi saat itu.

6. GunkanJima

Pulau ini adalah salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di Nagasaki Daerah Administratsi Jepang, sekitar 15 kilometer dari Nagasaki. Pulau ini juga dikenal sebagai “Gunkan Jima” atau pulau kapal perang. Pada tahun 1890 ketika suatu perusahaan (Mitsubishi) membeli pulau tersebut dan memulai proyek untuk mendapatkan batubara dari dasar laut di sekitar pulau tersebut. Di tahun 1916 mereka membangun beton besar yang pertama di pulau tersebut, sebuah blok apartemen dibangun untuk para pekerja dan juga berfungsi untuk melindungi mereka dari angin topan.

Pada tahun 1959, populasi penduduk pulau tersebut membengkak, kepadatan penduduk waktu itu mencapai 835 orang per hektar untuk keseluruhan pulau (1.391 per hektar untuk daerah pusat pemukiman), sebuah populasi penduduk terpadat yang pernah terjadi di seluruh dunia. Ketika minyak tanah menggantikan batubara tahun 1960, tambang batu bara mulai ditutup, tidak terkecuali di Gunkan Jima, di tahun 1974 Mitsubishi secara resmi mengumumkan penutupan tambang tersebut, dan akhirnya mengosongkan pulau tersebut. Pada tahun 2003 pulau ini dimbil sebagai setting film “Battle Royal II” dan mengilhami sebuah game popular “Killer7”.

7. Kadykchan
Kadykchan merupakan salah satu kota kecil di Rusia yang hancur saat runtuhnya Uni Soviet. Penduduk terpaksa berjuang untuk mendapatkan akses untuk memperoleh air, pelayanan kesehatan dan juga sekolah. Mereka harus keluar dari kota itu dalam jangka waktu 2 minggu, untuk menempati kota lain dan menempati rumah baru. Kota dengan penduduk sekitar 12.000 orang yang rata-rata sebagai penambang timah ini dikosongkan. Mereka meninggalkan rumah mereka dengan segala perabotannya. Jadi anda dapat menemukan mainan, buku, pakaian dan berbagai barang didalam kota yang kosong.

8. Kowloon

Kota besar Kowloon yang terletak di luar Hongkong, China. Dulunya diduduki oleh Jepang selama perang dunia II, yang kemudian diambil alih oleh penduduk liar setelah Jepang menyerah. Pemerintahan Inggris ingin China bertanggung jawab terhadap kota ini, karena kota tersebut menjadi kota yang tidak beraturan dan tidak taat pada hukum pemerintah. Populasi tidak terkendali, penduduk membangun koridor lybirint yang setinggi jalan yang penuh tersumbat oleh sampah, bangunan yang sangat tinggi sehingga membuat cahaya matahari tidak bisa menyinari. Seluruh kota disinari dengan neon. Kota tersebut penuh dengan rumah pelacuran, kasino, rumah madat dan obat bius dan kokain, banyak terdapat makanan-makanan dari daging anjing dan juga terdapat pabrik-pabrik rahasia yang tidak terganggu oleh otoritas.Keadaan ini akhirnya berakhir ketika di tahun 1993, diambil keputusan oleh pemerintah Inggris dan otoritas China untuk menghentikan semua itu.

9. Varosha
Varosha adalah sebuah daerah yang tidak diakui oleh republic Cyprus Utara. Sebelum tahun 1974 Turki menginvasi Cyprus, daerah ini merupakan daerah wisata modern di kota Famagusta. Pada tiga dekade terakhir, kota ini ditinggalkan dan menjadi kota mati. Di tahun 1970-an, kota ini menjadi kota tujuan wisata utama di Cyprus. Untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para wisatawan, kota ini membangun berbagai bangunan mewah dan hotel. Ketika tentara Turki menguasai daerah tersebut, mereka menjaga dan memagari daerah tersebut, tidak boleh ada yang keluar masuk kota tersebut tanpa seijin dari tentara Turki dan tentara PBB. Rencana untuk kembali mengembalikan Varosha ke tangan kendali Yunani, namun rencana tersebut tidak pernah terwujud. Hampir selama 34 tahun kota tersebut dibiarkan dan tidak ada perbaikan. Perlahan bangunan-bangunan tersebut hancur, metal mulai berkarat, jedela pecah, dan akar-akar tumbuhan menembus dinding dan trotoar. Kura-kura bersarang di pantai yang ditinggalkan. Di tahun 2010 Pemerintahan Turki bermaksud untuk membuka kembali Varosha untuk para turis dan kota kembali bisa didiami dan akan menjadi salah satu kota yang paling berpengaruh di uatara pulau.

10. Agdam
Kota besar Agdam di Azerbaijan adalah salah satu kota besar yang populasi penduduknya mencapai 150.000 orang. Namun kemudian hilang setelah pada tahun 1993 sepanjang perang Nagorno Karabakh. Walaupun kota ini tidak secara langsung menjadi basis peperangan, namun kota ini tetap mendapatkan efek dari perang tersebut, dengan menjadi korban dari sikap para Armenians yang merusak kota tersebut. Bangunan-bangunan dirusak dan akhirnya ditinggalkan penghuninya, hanya menyisakan masjid-masjid yang masih utuh berdiri. Penduduk Agdam sendiri sudah berpindah ke area lain, seperti ke Iran

Sumber : http://7softwarenew.blogspot.com/

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)

PERTANYAAN MISTERIUS AYAH

PERTANYAAN MISTERIUS AYAH

Hari ini ayah tidak pergi kerja, aku pun sedang libur sekolah. Kulihat ayah sedang sibuk membetulkan sepeda motornya. Lantas kudekati ayah, “butuh bantuan, Yah?”, tanyaku polos. Saat itu aku masih kecil dan duduk di bangku SD. “eh, ada dede’ kecil. Boleh-boleh”, jawab ayah. Kami banyak berbincang selama membetulkan sepeda motor ayah. Ayah banyak bercerita tentang sepeda motor padaku, aku menikmatinya. “kalo dede’ sudah besar nanti mau jadi apa?’, tanya ayah padaku. “dede’ ingin jadi pembalap yah, seperti Valentino Rossi”, jawabku secara spontan. “oh ya?, wah hebat. Tapi pembalap harus tahu bagian yang terpenting dari motor, dede’ tahu?”, tanya ayah padaku. Aku pun berfikir, apa ya yang paling penting?.

Keesokan harinya saat sarapan, aku menjawab pertanyan ayah kemarin. Bagian terpenting dari sepeda motor adalah roda, karena tanpa roda motor tidak bisa berjalan. Mendengar jawabanku ayah berkata: “wah pintarnya, tapi sayangnya bukan itu sayang”, jawab ayah. Aku pun tidak menyerah, setiap hari aku selalu mencoba menjawabnya. Mungkin jawabannya adalah kunci, karena tanpa kunci motor tidak akan bisa menyala dan diamankan. Tapi ayah selalu berkata: “smakin hari dede’ smakin pintar ya, tapi jawabannya masih belum tepat”.
Aku belum menyerah. Sampai aku duduk SMP pun, Sesekali ayah menanyakan pertanyaan masa kecilku itu, dan setiap ku jawab pasti ayah berkata: “kamu sangat cerdas, tapi bukan itu jawaban yang tepat, terus mencoba ya”. Karena terus seperti itu, lama-kelamaan aku mulai bosan. Karena jawabanku selalu belum tepat. Sejak kecil sampai sekarang, ayah tak pernah mau memberikanku jawaban yang sebenarnya. “jangan kamu bosan mencoba menjawabnya, karena ini pertanyaan yang sangat mudah, teruslah berusaha”, kata ayah setiap kali aku mengeluh.

Sesudah lulus SMP, aku melanjutkan ke SMK dan aku mengambil jurusan otomotif. Kutanyakan pada guruku, bagian terpenting dari sepeda motor itu apa. Jawaban guruku adalah Accu, karena motor takkan bisa menyala tanpa Accu. Aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Sepulang sekolah sambil menunggu ayah menjemputku. Ku tanyakan pada teman-temanku, apa yang paling penting dari sepeda motor. Bermacam-macam jawaban kudapatkan dari mereka, mulai dari mesin, busi, rem, lampu, sampai bensin dan oli.

Saat diperjalanan aku menjawab pertanyaan ayah, satu persatu jawaban yang ku dapat, kuceritakan pada ayah, dan hasilnya tetap saja “coba lagi”. Aku mulai berpikir ayah pasti mempermainkan aku. Selama perjalanan aku tak berbicara sepatah katapun padanya. Sampai disebuah lampu merah, kami melihat seorang nenek tua bersama cucunya sedang mengemis ditepi jalan. Ayah merogoh kantongnya, memberikan sejumlah uang dan berkata: “tolong berikan ini pada mereka, senyampang kita masih diberi rezeki, kita harus saling menolong dan berbagi”. Kuberikan uang itu pada nenek yang sedang memelas dan mengemis itu. Hatiku tersentuh melihatnya.

Malam harinya diruang tamu, ayah menyuruhku duduk disampingnya. Beliau menasehatiku supaya aku jadi anak yang baik dan ramah sepertinya. Akupun mendengarkan dengan cermat. “jadi kau benar-benar ingin tahu jawaban dari pertanyaan ayah?”, kata Ayah secara tiba-tiba. Aku yang sedikit bingung mengangguk, karena aku sudah menyerah dan bosan dihatui pertanyaan misterius ayah. “kau tahu, diantara semua jawaban yang kau berikan pada ayah, memang tidak ada satupun yang salah. tapi ayah ingin kau belajar sesuatu dari pertanyaan ini. Kau tahu, bagian yang paling penting dari sepeda motor adalah ‘Sadel’ “, jawab ayah. Aku sedikit terkejut. “apa alasannya yah?”, tanyaku penasaran. Ayah tersenyum kearahku dan berkata: “kau tahu kenapa?, karena dengan sadel, kita bisa membonceng dan kita bisa berbagi kebahagiaan dengan siapa saja diatas sepeda motor kita. Seperti itu pula harusnya kita hidup, selalu berbagi dan memberi selama kita masih diberi waktu dan rezeki untuk hidup diatas bumi ini “.
Sumber : (LokerSeni.web.id)

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)

TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI ?

TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI ?

Alicia Korelina. Aku adalah gadis cantik dengan mata hijau sebagai penyempurna kecantikanku. Aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Karena keluarga jualah aku menjadi seorang yang berprestasi dari bangku dasar. Singkatnya aku adalah gadis yang beruntung karna aku memiliki semua kesempurnaan itu.

Kehidupan itu tak berjalan selamanya. Kehancuran itu berawal dari pertengkaran hebat antara mama dan papa di suatu malam.
“Dasar. Istri tak tau diuntung. Aku seperti karna kau dan Alice. Dan sekarang kau tuduh aku berselingkuh? Dimana otakmu?”
“Lalu siapa perempuan itu? Apa itu yang tidak berselingkuh?”
PLAK.Papa melakukannya tepat di depan mata kepalaku. Tangan itu yang biasanya melindungiku dan mama, kini malah menampar wajah mama. Aku hanya menangis. Berusaha berteriak, namun suara ini tertahan untuk keluar. Berbulan-bulan aku hidup berdampingan dengan kejadian gila ini. Dan selama itu pula aku selalu berharap agar kejadian gila itu segera berakhir.

Doaku terkabul.Kejadian itu berakhir dengan persidangan cerai di meja hijau. Aku benci ini. Bahkan sangat membencinya. Hilang sudah keluarga yang selalu aku banggakan selama ini.

Hari-hariku berjalan dengan kesunyian. Pagi yang biasanya hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa hambar ketika yang ku temui seorang ibu yang sibuk dengan laptopnya tanpa mempedulikan kehadiran anaknya. Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat seorang diri. Terkadang ketika aku berpapasan dengan mereka yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan seperti mereka.

Tugas hari ini adalah mengarang.
“Ciptakan sebuah karangan yang menceritakan indahnya kehidupan keluarga kalian!”itu kalimat terakhir yang ku tangkap dari Bu Reno.

Semua murid langsung hanyut dalam kegiatannya. Tapi tidak denganku. Bagaimana mungkin aku akan menuliskan keluargaku yang telah hancur. Dan kali ini aku harus benar-benar mengarang.Menuliskan bahwa aku hidup di tengah keluarga yang harmonis dan saling menyayangi.

Nurani ku berontak membaca kata-kata yang penuh kebohongan itu. Ku buang kertas itu dan kali ini aku tak ingin lagi mengarang. Dengan cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU WALAU AKU MEMBENCINYA.’
“Belum saatnya aku menjadi seorang pengarang,”desisku pelan dan menyerahkan karangan singkat itu kepada Bu Reno.

Tanpa ku sadari, Lucas membaca tulisanku. Dengan nada prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan. Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu.Tanpa ku sadari aku telah menuturkan semua kisah pahitku kepada pemuda Kristen itu.
“Tenang Alice. Aku tak akan menceritakan kepada orang lain. Aku hanya ingin membantumu. Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!” tuturnya sambil meletakan sebuah bungkusan berisi serbuk-serbuk putih ke dalam genggamanku.
*****

Malamnya, ku pandangi bungkusan kecil itu.Dengan rasa penasaran, ku buka bungkusan itu perlahan. Seketika muncul bau yang mencuat ke seluruh penjuru kamar. Ku hirup bau itu dalam-dalam. Lagi dan lagi. Benar yang Lucas katakan.Aku merasakan ketenangan karenanya. Dan sejak saat itu, narkotika menjadi bagian terpenting dalam hidupku.

Setiap malam aku dan Lucas tak pernah absen menghirup benda haram itu.Dari sanalah kedekatanku dengan Lucas berawal.Dan dari kedekatan itu timbul sebuah perasaan untuknya.

Sore itu Lucas mengajakku ke sebuah gereja. Gereja yang cukup besar dan mewah menurutku. Tepat di depan sebuah patung besar, Lucas menyatakan perasaan yang sama kepadaku. Sungguh, ini kali pertamanya aku mendengar kalimat itu setelah kehancuran keluargaku. Namun kalimatnya yang terakhir membuat darah ini berhenti mengalir.Aku tau maksud pembicaraannya.Tapi,mungkinkah aku melakukannya?
“Kita memang memiliki rasa yang sama.Tapi kita tak mungkin memiliki hubungan layaknya remaja lain. Aku yakin kau mengerti. Kita tidak dalam satu keyakinan.Kecuali kalau kau….”Lucas tak melanjutkan kalimatnya dan membiarkanku berpikir.

Ah. Ini benar-benar gila. Tapi tak ada salahnya aku terima. Toh selama ini aku tak lagi diperhatikan kedua orangtuaku. Jadi tak salah kalau aku memulai kebahagiaanku yang baru dengan Lucas.
“Kalau itu yang kau inginkan, kenapa tidak.Tak masalah bagiku menukar agama seperti yang kau inginkan,”jawabku mantap.
“Dan mulai saat ini, kau buka lagi Alicia Korelina. Tapi kau adalah Alicia Kristiani yang jauh kebih kuat dari Alicia Korelina,”jawabnya sambil tersenyum licik.

Malam itu Lucas tak datang ke rumahku. Aku tau dia pasti sangat sibuk dengan bandnya. Sadar Lucas tak akan datang, segera ku cari sabu-sabu yang kusimpan minggu lalu. Sial. Aku lupa barang dibawa Lucas bersama rekannya. Ku alihkan pandangan ke meja biru yang dulu selalu membantuku mengerjakan berbagai tugas. Aku menangkap sesuatu disana. Sebotol lem. Tanpa buang waktu, ku buka tutupnya dan kuhirup dalam-dalam.

Selang beberapa waktu zat itu sudah raib dari tempatnya. Sayangnya, aku masih ingin menghirupnya. Dengan gerakan lambat, ku ambil cutter di tas sekolahku. Ku toreskan cutter berkarat itu ke pergelangan kiriku. Darah merah dan segar mengalir sambil menebarkan aroma lem yang ku hirup tadi. Ku hirup kembali aroma yang ada di darahku. Berkali-kali aku melakukan hal yang sama. Dan pada toresan yang ke delapan belas, sesuatu di luar kendaliku terjadi. Cutter itu memutuskan nadi pergelangan kiriku. Darah bersih dan segar mengalir dengan sangat deras tanpa bisa ku hentikan.

Bayangan hitam berkelebat di kepalaku. Akankan ajal itu kan datang padaku malam ini? Tidak.Tidak boleh sekarang. Aku masih ingin bertemu dengan mama dan papa walau aku membenci mereka.
Bayangan papa berkelebat di benakku. Orang yang selalu mengajarkan aku dan mama untuk shalat tepat waktu. Bahkan ia tak segan-segan mencubit pipiku kalau aku melanggar perintahnya. Dan kini aku tak lagi menjalankan aturannya. Apa yang akan ia lakukan jika tau anaknya tak lagi seorang muslimah?

Tak ada lagi tenaga yang tersissa. Namun aku masih sempat memikirkan seorang mama dalam benakku. Dia sangat berharap agar kelak aku menjadi seorang dokter sepertinya. Tapi bagaimana kalau dia tau aku seorang pecandu narkoba? Dan mengorbankan waktu belajarku untuk bermain-main dengan benda haram itu? Cacian macam apa yang akan keluar dari mulutnya jika ia tau aku seperti ini?

Mataku mulai berkunang. Darah segar dari pergelanganku terus mengalir dengan deras. Kali ini aku ingin mengirim sebuah permohonan kecil kepada tuhan sebelum mulutku benar-benar terkunci untuk menuturkan permohonan ini. Dengan napas yang tak lagi teratur ku lepaskan permohonan kecil yang sangat menyesakkan itu.
“Tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali?”

Sumber : (LokerSeni.web.id)

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)

SI CACAT

SI CACAT

Kembali ia berjalan tertatih. Menyeret separuh bagian tubuhnya dengan terpaksa. Ia merayap, memelas kepada hampir semua orang yang berlalu-lalang di sekitar jalan protocol ini. Perawakannya kumuh, amat kucel. Tak betahlah mata ini memandangnya berlama-lama. Dengan melasnya ia memita belas kasih dari orang yang lewat. Setengah memaksa, ia meminta beberapa nilai uang dari orang-orang sekitar. Tak tega benar jika melihatnya bertingkah seperti itu. Sungguh memancing rasa empati tiap individu di sekitarnya.

Keadaan kota kian gelap. Mentari perlahan meringkuh ke peristirahatannya sementara waktu. Keelokan langit sore tergambar indah pada cakrawala barat. Induk burung beterbangan menuju sarangnya, berharap buah hatinya puas akan mekanan yang telah dibawanya. Hiruk pikuk kota makin padat. Tiap insan berlomba untuk segera tiba di rumah dan menikmati ketenangan mandi dengan air hangat. Di sisi lain jalan protocol yang kian padat ini, tepat di pinggir jalan ini, sosok yang telah seharian memelas dan menyeret separuh tubuhnya itu mengambil duduk sejenak. Ia tersenyum puas. Bibir sumbing yang siang tadi ia tunjukan, tak tampak lagi. Perlahan ia mengambil sikap siap, dan berdiri sempurna. Sangat kontras dengan keadaan tubuhnya siang tadi. Ia melangkah normal, tak menyeret tubuhnya lagi. Dengan bangga ia menghitung jumlah uang yang ia dapatkan. “Dasar orang-orang bodoh! Mudah sekali untuk mengelabuhi mereka. Dengan begini aku akan kaya! Kaya…. Ya KAYA!!! Hahahahahaha…..!!!!” tawanya lepas. Penuh dengan ketamakan dalam dirinya.
“Wah, Bang banyak banget tuh fulusnya. Ngobjek dimana nih?”

“Eh ya iya lah, siapa dulu, Gue gitu!!! Hahaha!!” jawab Si Cacat sombong.

“Makanye lu lu pade mesti pake otak kalo ngobjek. Jangan Cuma asal minta-minta. Acting dikit kek. Pasang tampang melas gitu!! Pasti dah, bakal kasian liat muka lu pade. Bila perlu nih ye, air comberan elu siram ke badan lu!!! Makin bau, makin jelek, makin banyak duit!!!! Hahahahaha”, tutur panjang lebar Si Cacat, berlagak profesional dalam menipu.
“Bocah, dengerin gue ye… hidup entu cuman buat dapetin duit inget baik-baik, Cuma buat duit. Kagak lebih dari itu!!! Paham???”
“Paham, Bang!!!” jawab bocah-bocah jalanan hampir serentak.

Kehidupan jalanan memang terasa berbeda. Siapa yang kuat, dia ang berkuasa. Sangat persis dengan hukum rimba yang sering kita dengar dalam cerita-cerita fabel. Dan kini, Si Cacat bak dia atas angin. Ia menjadi seorang makelar dadakan di daerahnya. Semua karena uang haram yang ia dapatkan, bukan yang lain.

Seperti kecanduan, Si Cacat terus melakuakan penipuan dengan menjatuhkan harga dirinya. Kembali ia merayap, meronta, berharap belas kasih dari individu yang tengah berlalu-lalang di sekitar jalan protocol tempat ia mangkal. Serasa semua sudah habis hati untuk berempati kepadanya, kian hari makin kecil pula pendapatanya. Suatu ketika ia mulai geram. Saat mentari sudah makin membubung tinggi, tak satu keping uangpun masuk ke dalam gelasnya. Lewat satu orang, berbelas kasih dengan Rp200,00. Tak terima, ia berteriak “Dasar pelit Lu!!!”. “Awas Lu ya, gue sumpain lu jadi kere tau rasa Lu!!!” geramnya dalam hati.

Merasa tempat ia mangkal kurang strategis, ia pindah ke sisi lain jalan protocol yang sama. Tentunya dengan harapan mendapat pemasukan lebih. Pucuk dicita, ulam pun tiba. Bak ditimpa durian montong, selembar uang berwarna biru bertuliskan nominal Rp50.0000,00 masuk kealam gelasnya. Senang bukan kepalang Si Cacat. Tak pernah ia menerima uang sebesar itu. Bahkan penghasilan tertingginya pun, tak mencapai angka Rp50.0000,00. Ia berterima kasih kepada dermawan itu. Tentunya masih dengan gaya sumbingnya. Dimulai dari bagian bawah tubuh Sang Derma, berlanjut ke tengah hingga ke atas. Betapa terkejutnya Si Cacat. Sang Derma merupakan peyandang cacat. Ia berdiri dengan dibantu sebilah tongkat. Rambutnya telah beruban pula. Dengan senyum penuh keramahan, Sang Derma menyapa Si Cacat. “Semoga ini cukup untuk makan,” ujarnya singkat dan berlalu. Langkahnya tertatih. Namun raut wajahnya gambarkan ketegaran. Bak ditimpali rasa malu yang tiada habis, Si Cacat menangis. Ia terdiam. Lidahnya terasa kelu. Badannya gemetar. Per
lahan ia berdiri. Ia lepas perban-perban palsu di kakinya. Ia hapus noda-noda gambaran yang menyerupai borok di badannya. Air mukanya tampak geram, marah, malu. Marah akan dirinya sendiri. Geram akan segala ketamakannya. Malu akan sikap bodoh yang telah ia lakukan. Ia menangis. Ia menyesal. Dilihatnya seorang bocah perempuan kecil yang tengah mengamen. Dipanggilnya bocah itu. “Dek, ini buat kamu. Sekarang kamu pulang gih!!” ujar Si Cacat bijak. Ia menyerahkan selembaran Rp50.000,00 kebanggaannya beberapa menit yang lalu. “Aku bukanlah lagi Si Cacat bodoh. Aku tidak cacat. Sama sekali tidak. Harga diriku masih jauh lebih baik daripada ini semua,” tekad Si Cacat dalam hati, tulus. “Tuhan, maafkan semua kebodohanku dan ketamakanku ini. Sungguh aku telah sesat dibuatnya. Astaghfirullaha’adziim….. astaghfirullahal’aziim…. Astaghfirulahal’adziim…” sesal Si Cacat. Ia melangkah pergi meninggalkan markas besarnya. Langkahnya gontai. Airmata pun tak henti temani langkah-demi langkah yang ia jejaki.

Si Cacat telah jera. Ia telah lenyap dari muka bumi ini. Bukankah tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah?
“Setiap orang mampu membohongi orang lain dengan segala kepura-puraannya…… Namun, tiada satupun orang yang mampu membohongi hati nuraninya”   

Dikutip dari sebuah kisah di salah satu stasiun televisi swasta.

Sumber : (LokerSeni.web.id)

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)

SUKA DAN DUKA DALAM PERSAHABATAN

SUKA DAN DUKA DALAM PERSAHABATAN

Betapa enaknya bila seseorang peduli terhadap kita, selalu berpendapat atas apa yang kita lakukan. Begitupun yang dialami Tari, seorang siswi SMA yang mempunyai teman laki-laki bernama Ata yang ia anggap sebagai seorang kakak.
Pada awalnya hubungan kakak-adik ini tidak begitu lancar, seringkali Tari tidak dianggap dan dibuat kesal oleh Ata, tapi entah kenapa Tari tetap bersikeras hubungan ini harus tetap berlanjut.
Hari demi hari kominikasi terus berlanjut. Suatu hari Tari meng-sms Ata hanya sekedar ingin mengobrol atau semancam itulah niat Tari, 5 menit, 10 menit dan setengah jam tak ada balasan dari Ata. “Ata kemana sih? Sms aku kok gak dibales?”
Kejadian seperti ini terus saja terulang dan terulang. Kadang Tari bergumam “Apa aku lanjutkan saja hubungan ini? Aku merasa ini semua tidak ada arti lebih untukku. Tapi…entah mengapa hati kecil Tari bisa menenangkannya dan menyuruhnya untuk tetap bersabar menghadapi ini semua.

Pagi ini Tari berangkat sekolah dengan wajah yang tak bersemangat, tak ada senyum terhias di bibirnya. Jumpalah ia dengan sahabatnya yang bernama Riri,
“kenapa Tar muka kamu kucel banget?”
“Ah, kamu ini. Aku lagi gak semangat.”
“Kenapa lagi? karena Ata ya?” Tari memang selalu bercerita apapun pada sahabatnya ini.
“Iya gitu deh….”
“Tiap kamu pikir tentang kelanjutan hubungan ini, kesimpulan apa yang kamu dapat ?”
“Tetap sama Ri, selalu malah. Hati kecil aku selalu bilang Sabar Tar, Sabar.”
“Hmm, ya sudah kalo memang begitu, kamu ikuti apa kata hati kecilmu itu.” Tari pun hanya mengangguk. Mereka pun pergi ke kelas setelah bunyi bel berdering keras.

Sedangkan di lain tempat, Ata merasa sedikit enggan dengan hubungannya dengan Tari. Ia belum terbiasa akrab dan berbagi dengan perempuan bahkan dengan Ibunya sekalipun. Sama halnya dengan Tari, Ata pun tak bersemangat hari ini, ia pergi bermain untuk melupakan sejenak kebimbangannya. Ia menghampiri temannya yang bernama Kiki yang sedang duduk di kursi bambu tidak jauh dari rumah Ata.
“Hai Ki, lagi apa? Kamu terlihat sangat sedih?”
“Ini, ada yang menganggu pikiranku.”
“Ada apa? Ceritakan saja padaku, siapa tahu aku dapat membantumu.”
“Jadi gini, dulu aku bersahabat dengan seorang perempuan bernama Novi. Aku menikmati persahabatan ini, dia seperti kakak yang selalu nasehatin aku, tapi kadang dia seperti seorang adik yang sangat manja pada kakaknya. Entah sudah berapa lama kami bersahabat. Suatu hari, aku mengecewakannya dan ia bilang, ‘cukup, aku sudah engga tahan selalu kecewa karena kamu. Mulai sekarang lakukan apapun yang kamu mau dan jangan libatkan aku.’

Kalimat itu selalu terngiang ditelingaku jika aku melihatnya atau mengenangnya. Sekarang dia seakan tidak mengenalku ‘sahabatnya ini’. Ah ‘penyesalan memang selalu datang di akhir dan kedang terlambat untuk merubah semua itu’ oh iya Ta, semenjak aku cerita kamu diam saja ada apa?” Ata sedang merenungi sikapnya pada Tari, ia tak ingin pengalaman yang dialami Kiki teralami juga olehnya. Ata pun seolah berada dalam dunianya sendiri dan tak menghiraukan panggilan temannya itu.
“ATA!” teriak kiki mengagetkan Ata.
“Ada apa? Membuat orang kaget saja.”
“Habis kamu seperti orang tuli saja dipanggil tidak menyahut ada apa sebenarnya?”
“Apa? Tidak ada apa-apa, aku pulang duluan ya, nanti kita bertemu lagi!” Ata pun pergi meninggalkan Kiki yang heran akan sikap Ata.
Sesampainya dirumah, ia berlari menuju kamar dan menyambar hp-nya. “Ah tak ada sms dari Tari, apa mungkin ia marah?” pikirnya dalam hati. Tanpa pikir panjang ia meng-sms Tari.
Ost.full house pun terdengar pertanda ada sms. Begitu Tari membuka sms-nya muncul pertanyaan besar “Kenapa Ata sms duluan tumben banget.” Tari pun langsung membalas pesan singkat Ata. Bip..Bip.. Hp Ata bergetar, terlukis seulas senyum di wajahnya. Usaha Ata menghindari kejadian yang dialami Kiki berhasil, Tari masih menerimanya sebagai sahabat. Mereka pun semakin dekat walau terkadang muncul perselisihan karena sikap kurang dewasa keduannya.
Suatu hari, Ata bercerita bahwa ia menyukai teman sekelasnya yang bernama Widia. Tari pun berargumen bahwa Ata hanya simpatik dan tanpa hati menyukai Widia. Tapi sebenarnya ia khawatir akan kehadiran Widia yang akan mengalihkan perhatian Ata pada dirinya, perselisihan pendapat pun berlangsung sampai akhirnya Ata berkata, “kamu belum kenal aku tapi kenapa kamu sudah bisa meyimpulkan itu semua?”
Betapa sakitnya hati Tari mendengar itu semua, ia menangis di sudut kamar dan bergumam, “lalu selama ini aku dianggap sebagai apa?”

Hubungan Tari dan Ata pun merenggang, Tak ada sapa dan sms Tari untuk Ata. Sampai akhirnya Ata tidak tahan dengan sikap Tari dan mengajak Tari untuk bicara.
“Kenapa kamu bersikap seperti ini? Mengenai argumen kamu tentang rasa suka aku ke Widia? Itu salah.”
“Ok argumen aku salah, lupakan! Anggap aku tak pernah bicara apapun tentang itu semua!”
“Astaga, bukan itu maksudnya. Kamu salah paham, omongan kamu tadi menyinggung hati aku Ri.”
“Kamu pikir aku tidak tersinggung? Kamu berkata bahwa aku belum kenal kamu, lalu selama ini aku siapa buat kamu? Orang lain?”
“Kamu sahabat aku Ri, dan kamu juga adik aku. Ok aku minta maaf tapi Argumen kamu bikin pikiran aku kacau.”
“Kamu tahu? Setiap kamu kecewain aku, aku selalu berpikir untuk menjadi temanmu saja tapi hati aku bilang ‘Tetap sabar’ aku juga tidak mengerti akan keputusan hati aku.”
“Maaf Ri atas semua sikap aku tapi tolong kamu tetap jadi sahabat aku.”

Tari menghela nafas. “Aku juga minta maaf sudah berpendapat tidak wajar dan sikap tidak dewasaku, tapi kamu harus berjanji jangan lupakan aku jika kamu sudah berhasil deketin Widia. Janji?”
“Hahaha. Ternyata kamu khawatir. Tenang saja masa adik dan sahabat sendiri dilupakan, mungkin saja Widia tidak merimaku. Tapi kamu, masih menerimaku. Kurang bersyukur aku kalau sampai melupakanmu. Iya, aku berjanji.”
Tari pun tersenyum mendengar penuturan Ata. Persahabatan tak selamanya berjalan atas apa yang kita kehendaki, ada suka dan ada duka. Semua tergantung sikap kita untuk menghadapinya. Setelah kesalahpahaman itu berakhir, Ata dan Tari pun semakin dekat dan mencoba untuk lebih saling mengerti.

Sumber : (LokerSeni.web.id)

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)

MEJA DI SUDUT RUANGAN YANG AKU SUKA

MEJA DI SUDUT RUANGAN YANG AKU SUKA

Ini benar-benar bulan Desember. Hujan dimana-mana. Jalanan basah. Langit hitam menggantung sepanjang hari. Dan angin bertiup terlalu kencang. Dingin menusuk tulang. Musim penghujan tahun ini datang terlambat, mungkin akan lama. Untung saja, kotaku yang kecil bukan termasuk wilayah langganan banjir. Bukan karena disiplin penghuninya, tetapi rasio penduduk dan luas wilayah sangat tidak sebanding. Membuat iri mereka yang tinggal di kota besar yang padat dan sumpek. Kotaku kecil sehingga tidak memerlukan kerja ekstra untuk mengurusnya.

Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan, dilahirkan dan dibesarkan di kota itu. Apalagi setiap musim penghujan, aku paling suka melihat jalanan kotaku basah. Dedaunan di sepanjang jalan terlihat mengkilat pada sore hari. Terpaan lampu kota membuat deretan pohon di sepanjang jalan layaknya pagar besi berkilau. Aku suka itu!

Sore ini, angin bertiup terlalu kencang. Hujan sejak pukul 12 siang tadi belum juga berhenti, meski kini tinggal gerimis. Dari balik jendela sebuah caffe shop di pinggir kotaku,, aku duduk menikmati gerimis itu. Gerimis yang telah lama tidak aku temukan hampir sepanjang tahun ini. Sekaligus gerimis yang selalu membuka beragam cerita yang menumpuk di sudut batinku. Aku duduk di situ ditemani segelas cappucino sambil menghisap rokok, pelan dan dalam. Mestinya aku merasa damai berada di situ, nyaman dan melonggarkan pikiran.

Tetapi sore itu tidak!
Aku memang selalu datang ke tepat itu setiap sore sehabis mengirimkan tulisan ke media yang bisa memuat esai-esai ‘kacau’-ku. Melepas penat dan mungkin akan menemukan ide baru untuk bahan tulisan keesokan harinya. Terlalu sering aku di situ. Hingga hampir seluruh pelayan mengenalku. Keuntungannya, setiap aku masuk tanpa ditanya menu, langsung dipersilahkan duduk di meja dekat jendela yang terletak di sudut ruangan. Tempat yang aku suka!

Anehnya, sore itu aku menemukan diriku tidak biasanya. Perasaan ini semakin aneh manakala melihat kaca jendela kusam dan buram. Kuusap dengan tangan, terlihat beberapa anak bermain air di pinggir jalan. Anak jalanan! Meski kotaku kecil, namanya anak jalanan tetap saja ada. Tentu saja dengan tingkat kerumitan permasalahan yang berbeda. Anak jalanan di kotaku masih memiliki rumah dan orang tua. Hanya saja orang tua mereka tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga anak-anak mereka tidak terurus. Berbeda dengan di kota besar yang ‘tuna’ segala-galanya. Bahkan orang tua saja mereka bingung menentukan siapa dan dimana.

Aku tersenyum melihat tingkah mereka yang polos. Bermain air, saling menendang, memukul, berputar, berlari, tanpa beban. Suasana tawa dalam guyuran gerimis di luar terasa ringan. Seringan kapas! Berbeda dengan suasana nyaman di sini, di sudut ruangan yang cozzy –kata anak-anak muda—tetapi terasa berat, seberat awan hitam yang menggantung. Nyaris jatuh.
“Sedang menunggu seseorang?” suara perempuan mengoyak lamunanku. Perempuan muda dengan senyum enteng kutemukan telah duduk tepat di depanku. Sejak aku mengenal dan menjadikan coffe ini tempat favorit untuk meliarkan khayalan, baru sore itu ada perempuan datang dan duduk tanpa aku minta. Aku agak gelagapan.
“Tidak juga. Kamu…,” aku belum menemukan pertanyaan yang sesuai untuk sebuah ketiba-tibaan. Aku panggil ‘kamu’ karena aku yakin usia perempuan ini jauh di bawahku.
“Maaf, jika mengganggu,” celetuknya.
“Tidak juga,” terpaksa aku mengulang kalimatku. “Terima kasih telah mamu duduk di meja ini.”

Ya! Aku formal banget. Perempuan itu tersenyum. Mungkin menertawai sikapku yang diluar perkiraannya. Aku bisa menebak, dipikirnya aku akan langsung menyodorkan senyum menggoda dan bergerak sangat agresif. Jujur, aku memang sering seperti itu tetapi bukan untuk sebuah ketiba-tibaan yang menghilangkan segala kecerdasanku. Benar! Aku terasa seperti lelaki lugu.

Perempuan itu membetulkan posisi duduknya.
“Aku baru dua kali kesini. Pertama tiga hari lalu, dan duduk di meja ini,” katanya. Aku mengingat tiga hari yang lalu, memang aku tidak ngopi di sini. Aku ke rumah teman di luar kota. “Dan sore ini, ternyata tempat ini enak juga ya…,” lanjutnya.
“Aku sering ke sini,” jawabku seolah menyiratkan di meja inilah tempatku!
“O…ya?”
“Hampir setiap sore. Dan duduk di sini.”
“Selalu di sini?” tanya perempuan itu lagi.
“Ini tempat yang terlindung,” jawabku sambil melirik ke pot-pot bunga yang berjejer mengelilingi sudut ruangan tempat favoritku. “Tidak terlihat tetapi bisa melihat siapa saja yag masuk.”
“Pilihan tepat. Lalu kenapa tadi aku mengejutkanmu?”

Sialan! Rupanya dia tahu kalau aku tadi sangat terkejut melihat kedatangannya.
“Lihat anak-anak itu! Mereka membuatku tidak menyadari ada seseorang telah berada di depanku,” jawabku sekenanya. Perempuan itu tersenyum. Giginya terlihat sangat terawat.
“Maaf, kita belum kenalan, Oka…” kusodorkan tangan. Dia menyambut tanpa ragu.
“Jenny.”
“Baru di kota ini?”
“Betul. Aku tinggal bersama saudara sepupu di ujung jalan ini,” jawabnya.

Setelah berkenalan itulah, pembicaraanku dan Jenny berlangsung lancar. Bahkan kini terlihat bakat asliku; agresif dan suka memutar balik logika kalimat lawan bicara. Tak terasa hampir dua jam, aku dan Jenny terlibat pembicaraan tanpa arah. Ringan tetapi aku tahu, Jenny sangat suka. Bahkan dengan gayanya yang khas Jenny menceritakan kondisi keluarganya di Jakarta yang berantakan. Ayahnya harus balik ke Singapura sedangkan ibunya tetap tinggal di Jakarta, serumah dengan pria selingkuhannya. Aku menghela napas panjang dan dalam. Dari dulu, peroblematika hidup kota besar tak jauh bergeser. Cinta, uang, pengkhianatan….klise! Bentakku dalam hati.

Hujan di luar sedikit mereda. Tetapi jalanan mulai gelap. Temaram lampu kota, sekuat tenaga menembus dinginnya udara basah. Kulihat Jenny semakin menikmati suasana, seolah ingin melepaskan beban yang puluhan tahun menimbun kebebasannya.
“Apa tidak terlalu malam?” kataku mengingatkan.
“Aku masih suka di sini. Oka keberatan?”
Aku menggeleng.

Akhirnya aku melanjutkan pertemuan itu hingga larut malam. Jenny memang luar biasa dengan segala permasalahan hidupnya. Diceritakan dengan detail, mungkin tanpa tertinggal secuilpun. Aku menikmatinya. Keliaran pikiranku menangkap cerita Jenny dengan penuh semangat. Ini ide hebat! Pikirku.

Hingga pagi. Tetapi tidak di coffe itu lagi. Kutemukan tubuhku, lunglai dalam pelukan Jenny. Malam yang penuh gerimis telah membuka segala cerita, menimbun segala duka. Ini sisi kreatifku yang terkadang muncul tanpa kusadari. Maaf…
*   *   *

Kubatalkan semua rencana yang telah kususun rapi sejak semalam. Ke rumah teman, lantas mampir ke perpustakaan kota, dan ngopi di tempat biasa. Semangatku mendadak terbang menyelinap di sela mendung yang membekap matahari pagi. Kini, gelapnya langit benar-benar membunuh ketenangannku. Lantas mengumbar kecemasan yang sangat hebat. Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menyingkirkan kenyataan mengerikan akan mengusik kenyamanan pagiku. Mungkin juga kenyamanan seluruh usia hidupku.

Kubaca koran pagi; Jenny bunuh diri!
Seorang perempuan, tengah malam, ditemukan tewas tergeletak di pinggir rel kereta dekat gerbang masuk kota. Diduga, perempuan itu menabrakkan diri ke kereta barang yang melintas dengan kecepatan tinggi. Polisi berhasil menemukan indentitas dalam tasnya, korban bernama Jenny, 27 tahun, warga Jakarta yang baru beberapa hari tinggal di kota ini…Kulipat koran itu, napasku seolah berhenti sesaat. Tetapi jantungku berdegub jauh lebih kencang. Itu perempuan yang bersamaku kemarin malam!

Aku membaca berita singkat itu sekali lagi. Sama. Aku yakin itu Jenny! Tetapi kenapa dia melakukan hal bodoh itu? Kuhisap rokok sekedar menenangkan pikiran. Tetapu justru malah blingsatan dan menyiksa. Entah apa yang sedang terjadi dalam pikiranku, aku tidak tahu. Sedih. Takut. Bersalah. Semua jadi satu! Apalagi ketika paragraf terakhir berita itu kubaca; hasil visum tim dokter menyatakan kalau korban sedang hamil dua bulan. Keringat dingin meluncur tak tertahankan lagi.

Apa karena kehamilannya itu membuat Jenny nekad? Berpuluh ingatan singkat tentang Jenny memenuhi pikiranku. Aku terduduk. Lemas. Kurasakan angin dingin menyelinap menggerakkan dedaunan di luar dan menelusup melalui celah jendela. Kemarin malam, seolah tanpa beban, Jenny menjelaskan sebagian peristiwa hidupnya.
“Kau tidak menyesal?” tanyaku.
“Lama sekali aku tidak mengenal perasaan itu.”
“Kenapa?”
“Kedua orang tuaku, seolah mengajarkan jika penyesalan adalah bentuk pengingkaran,” Jenny menerawang kosong. Aku yakin, ada beban teramat berat menggunung dalam batinnya.
“Rupanya ada bagian masa lalu yang menyakitkan?”
“Bukan sebagian hampir seluruhnya. Semua peristiwa terjadi pada diri kita seolah diluar rencana baik yang kita susun. Aku tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan rangkaian peristiwa itu. Jadi, suka atau tidak, harus dijalani,” jelas Jenny sangat dalam.
“Meski peristiwa itu akibat ulah kita sendiri?”
“Hanya persoalan cara pandang saja,” tukasnya pendek.

Selanjutnya, tanpa beban secuilpun menganggu perasaannya, Jenny menceritakan pertengkaran kedua orang tuanya pada suatu malam. Pertengkaran yang hebat! Ketika itu, Jenny tidak mengerti pangkal permasalahan sebenarnya. Yang dia lihat, ayahnya menampar ibunya. Ibu lebih berani lagi, membantah dan melontarkan kalimat kasar. Bukan layaknya suami-istri. Jenny menangis menyaksikan semuanya dari balik jendela. Sejak itu, ayahnya jarang pulang sedangkan dia sendiri pergi menumpang rumah teman, agak jauh dari rumahnya.

Terakhir, Jenny mendapat kabar, kalau ayahnya telah pulang ke negara asalnya, Singapura. Sedangkan ibunya pergi bersama lelaki selingkuhannya. Jenny sendiri…merasa menemukan jalan hidupnya danm menikmatinya seolah ingin membunuh peristiwa menyakitkan yang merubah jalan hidup normalnya itu.
“Dan aku hamil,” kata Jenny pelan. Aku tak tahu harus bersikap apa. Kalimat itu seakan ditujukan kepadaku dan menanti agar aku mampu mengurai beban hidupnya. Aku tahu, apapun alasannya, ini adalah kesalahan yang mesti diperbaiki. Tetapi bagaimana caranya? Ternyata dibalik keceriaan Jenny ketika awal berkenalan, tersimpan peristiwa cukup berat. Senyumnya mungkin untuk membunuh siksaan beban itu.

Aku tangkap tangan Jenny. Tiba-tiba kami menjadi sangat akrab.
“Itu alasannya hingga kamu meninggalkan Jakarta?”
“Kota itu terlalu menyiksa,” celetuknya pelan.
“Berarti akan lama tinggal di kota ini?”
“Belum tahu juga. Aku juga nggak enak dengan sepupuku.” 

Begitulah, malam terus merambat hingga larut membawa pagi. Aku lebur dalam duka Jenny yang mungkin tidak akan tersembuhkan. Aku sadar, kehadiranku hanya akan melupakan bebannya sesaat. Tidak akan lama! Tetapi pertemuan singkat itu, terasa begitu bermakna. Apalagi ketika matahari menyelinap melalui lubang jendela, mengusik tidurku. Kelelahan.

Dan pagi ini…
Kutemukan tubuh yang penuh duka itu, kini penuh luka. Kuambil rokok, entah batang yang keberapa. Asbakpun telah penuh. Namun batinku tetap saja blingsatan. Pagi ini benar-benar hancur. Seperti kalimat Jenny kemarin malam, penyesalan hanyalah wujud pengingkaran. Memang semua garis peristiwa hidup harus dijalani tanpa protes sedikitpun. Karena manusia memang tidak layak untuk protes. Dan mungkin saja –aku ragu menggunakan kata ‘mungkin’—Jenny telah melanjutkan garis peristiwa kehidupannya. Tanpa menyesal sedikitpun!

Kulirik koran yang terlipat di meja. Terlihat foto tubuh Jenny, terbungkus kantung warna merah. Dan…dia hamil! Aku tersentak. Nyaris tersedak. Berdiri. Dan melihat ke arah jendela, menerawang kosong. Berpuluh kenangan menjejal dalam pikiran. Ketakutanku pun memuncak. Jenny memang telah meninggal, tetapi bayi itu? Orok yang dikandungnya? Bisa jadi –meski terlalu dekat jaraknya—aku juga memiliki anak itu. Karena semalaman…Jenny!
Aku berteriak sendiri. Tanpa mampu menemukan solusi sedikitpun.
*   *   *

Kulihat dari balik jendela yang kusam, gerimis semakin lebat. Secangkir kopi nyaris habis. Empat puntung rokok tersuruk dalam asbak. Pada meja di sudut ruangan itu, aku duduk sendiri. Seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi sejak peristiwa itu terjadi, kini aku memiliki alasan lain untuk duduk di meja itu. Terasa gelas cappucino milik Jenny belum kering. Perempuan itu seolah terus mengajakku untuk selalu menemuinya di caffe itu. Kunikmati pertemuan batin yang melegakan itu. Tanpa penyesalan.

Yang lebih penting, aku selalu duduk pada meja di sudut ruangan itu untuk menziarai anak batinku dalam kandungan Jenny. Hal itu harus kulakukan sebagai wujud penyesalan. Maaf…Jenny. Anak itu terlalu suci untuk menanggung beban garis hidup orang tuanya. Aku pesan kopi lagi.
Gerimis bertambah lebat.**

Sumber : (LokerSeni.web.id)

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)

KAU TETAP SAHABATKU :(

KAU TETAP SAHABATKU
Mentari dan rembulan, mereka saling melengkapi. Jika tiba waktunya pagi hari, mentari datang dan menyinari seluruh jagad raya. Jikalau waktunya senja, mentari akan tenggelam dan tinggal di persembunyiannya. Namun tenanglah, jagad raya akan tetap terang karena posisi mentari akan digantikan oleh rembulan dan temannya yaitu bintang. Bulan dan bintang akan menjadi teman yang memberi sinar terang di malam hari.

Mentari dan rembulan, Mereka tak pernah bertengkar, mereka tak saling bertabrakan saat muncul di langit, mereka tidak bersahabat namun saling melengkapi. Lalu bagaimana dengan kisah persahabatan dibumi, mereka pernah bilang kalau sahabat akan selalu bersama dalam suka maupun duka, saling melengkapi dan menerima kekurangan masing- masing. Kisah persahabatan reno dan dammar. Reno dan dammar bersahabat sejak Smp, ketika masuk SMA merekapun bersama lagi.

Saat disekolah merekapun kemana- kemana selalu bersama, ketika reno mendapat masalah dammar selalu membantunya begitu pula sebaliknya. Reno adalah orang kaya, dia berwajah manis sama seperti sahabatnya dammar, namun dammar tak sekaya reno, dammar hanyalah anak seorang satpam swalayan. Sedangkan reno adalah anak seorang pemilik showroom motor. Ketika ayahnya diberhantikan kerja,reno meminta papanya agar memperkerjakan ayah dammar di perusahaan keluarganya sebagai satpam.reno dan dammar sama – sama anak yang sayang keluarga,tetapi yang membedakan mereka berdua adalah reno memiliki sifat egois dan pendendam, sedangkan dammar adalah seorang pemaaf dan ramah, sifat mereka berbeda 180 derajad. Entah mengapa mereka bisa bersahabat, hanya mereka berdualah yang bisa menjawabnya. Pernah saat seseorang mengerjai dammar dengan mengempeskan ban motor dammar, reno bersikeras ingin membalasnya, namun dilarang oleh dammar. Diam – diam reno menyelidikinya dan menemukan pelakunya, ternyata pelakunya adalah bimo teman 1 kelasnya yang iri akan kedekatan dammar dengan kheira.

Tanpa berpikir panjang reno menghampiri bimo dan menghajarnya. “apa–apaan si lo, datang-datang main tonjok ajah”.cibir bimo sambil mengusap bibirnya yang berdarah karena ditonjok reno. “dasar pengecut lo, sok gak tau kesalahan lo apa, gw tau lo yang ngempesin ban nya si dammar kan ?” motor tersebut, dia masuk kedalam rumahnya dan memanggil- manggil ibunya. Ibunya yang sedari tadi berada di dapur datang menghampiri anak sulungnya. “bu itu motor siapa? ”Tanya dammar kepada ibunya. “oh, motor yang diteras itu, itu adalah motor mu dari reno, ibu juga bingung mengapa nak reno bisa sebaik itu padamu?” Tanya ibu dammar balik.

Setelah mendengar perkataan ibunya, dammar langsung menelpon reno menanyakan perihal ini. Dalam percakapan panjang lebar tersebut, Reno tak mau dammar menolak pemberiannya, jika dammar menolak maka persahabatan mereka berakhir. Mendengar hal tersebut dammar pun mengalah dan menerima pemberian sobatnya itu. Dalam hati dammar terdapat gumpalan beban yang menyesakkan, dammar bukan merasa senang diberikan barang – barang oleh reno, dia merasa seperti orang mencari kesempatan atas kemakmuran reno, dia mengerti kalau keluarga reno tak mempermasalahkan hal itu, tapi bagaimana teman – teman di sekolah. Tak banyak yang mencibir dammar dan reno. Mereka pernah berkata kalau dammar hanya memanfaatkan reno sebaliknya juga. Intinya persahabatan mereka adalah palsu, mereka hanya bersahabat untuk memenuhi kebutuhan masing2, reno mau berteman dengan dammar karena dammar anak pintar yang dapat memberi contekan saat ujian dan seorang yang dapat jadi pesuruh untuk mengerjakan semua pr nya, sedangkan dammar dapat meminta segala kebutuhan materinya dengan meminta kepada reno.

Walau hanya gosib, dammar manjadi tak enakan pada reno, pernah masalah ini ia ceritakan pada reno, reno tidak ambil pusing. Dia hanya berkata “ ah, biar saja, mereka itu hanya iri pada persahabatan kita, mereka tidak tau kan, berapa lama persahabatan ini kita jalin.”

Benar yang di bilang reno, persahabatan mereka hanya mereka yang merasakan. Orang lain hanya menilai dari apa yang mereka lihat. Setelah beberapa masukan dan pendapat yang di berikan reno, dammar pun mulai percaya diri meneruskan langkah hidupnya dengan persahabatan yang dijalinnya bersama reno,ia pun meminta agar reno dapat menahan kehendaknya jika terjadi apa-apa dan reno pun menyetujuinya.

Waktu terus bergulir, tak terasa sebentar lagi kenaikan kelas 2. Dammar dan reno sama – sama menginginkan masuk jurusan ips, jelas reno ingin meneruskan karier papanya, sedangkan dammar juga suka bidang ips, nilai –nilainya sangat bagus di rapor, lagipula reno selalu memaksanya untuk masuk ips agar peluang mereka sekelas lagi semakin besar.

Dan jangan tertinggal dalam urusan cinta. Karena cinta kepada seorang gadislah, persahabatan reno dan dammar yang telah berjalin lama bisa retak.

Kisahnya di mulai saat reno menyukai seorang gadis yang 1 sekolah dan sekelas dengan dammar, reno memang tak sekelas lagi dengan dammar saat duduk di bangku 2 sma. Kheira,nama gadis itu. Dia cantik,anggun, body nya langsing,aktif di bidang seni serta seorang anak yang ramah pada semua orang. Dia adalah kapten cheers di sekolah reno dan dammar. Bukan hanya itu yang membuat reno jatuh cinta pada kheira. Kheira pernah menolong reno saat reno hampir terjatuh di tangga yang licin, tanpa sengaja kheira menarik lengan reno agar tidak terjatuh, saat momen itulah kedua mata mereka saling beradu bak kisah pangeran yang menarik lengan sang putri yang hendak pergi meninggalkannya, namun saat itu posisinya terbalik. Reno bercerita pada dammar kalau dia menyukai kheira namun belum berani menyatakan perasaanya kepada gadis pujaannya. Dammar yang mendengar pernyataan dari sobatnya kalau dia suka dengan kheira, gadis yang juga di sukai dammar sejak masih duduk di kelas 1 sma, menjadi kaget dan tertunduk. Hati dammar seperti bunga yang kelopaknya bertaburan karena angin yang berhembus bagai badai, menggetrakan dan begitu pahit untuk di rasakan, begitu berat untuk di pahami, bagaimana ini, ia tak mungkin bersaing dengan sahabatnya sendiri dalam mendapatkan kheira, dia juga tak mungkin mengkhianati persahabatan mereka yang telah lama mereka jaga.

Tapi telah jelas dalam kisah ini.

Dammar yang akan menang, sebab kheira juga mencintai dammar. Kheira berharapdammar  menembaknya untuk menjadi sepasang kekasih. Kheira menyukai dammar karena dammar adalah pria yang sopan,baik dan ramah serta apa adanya. Kheira menyukai pria yang tampil sederhana, semua tipikal cowok idaman kheira ada di dammar.

Lalu, kalau sudah seperti ini.

Apakah kheira dapat menerima salahsatu dari 2 pria yang bersahabat ini.kheira tau ini adalah pilihan sulit setelah mendengar cerita dammar kalau reno hendak menembaknya. “dammar, aku hanya menyukaimu aku juga cinta sama kamu bagaimana aku bisa menerima reno kalau hatiku telah dimiliki dirimu.” Ucap kheira lembut kepada dammar. “khei, maafkan aku…aku tak mau sahabatku terluka “tapi kau membuat hatiku terluka dammar, dengan cara memaksaku menerima reno untuk jadi kekasihku.”potong kheira. “khei,percayalah..reno adalah cowok yang bisa membuat harimu berwarna..hehe”,celoteh dammar.

Padahal dalam hatinya berharap bahwa kheira adalah cewek yang di takdirkan tuhan untuknya. “tak ku sangka, kau seperti ini, baiklah jika ini mau mu, dan sejak saat ini aku MEMBENCIMU.” Ujar kheira sambil berdiri lalu pergi meninggalkan dammar yang diam terpaku menyesali apa yang dia ucapkan.

Seminggu telah berlalu, dan kini reno dan kheira resmi berpacaran. Reno akhirnya menyatakan rasa cintanya pada kheira, tentunya di bantu oleh sahabatnya. Dalam hati dammar, ia tak tau mengapa rasa ini tercampur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Bahagia karena sahabatnya dapat menemukan cinta yang selama ini ia harapkan, namun di sisi lain dammar sangat sedih, hatinya bagai teriris pisau yang tajam, bagaimana tidak, kalau kekasih yang di cintai reno adalah cewek yang juga begitu sangat ia cintai, dialah kheira..

Reno begitu menikmati hubungannya dengan kheira, mereka selalu berdua bahkan kini reno lebih sering jalan bersama dengan kheira dibanding dengan dammar. Dammar tak begitu mempersoalkannya, dia tahu bahwa sahabatnya itu sedang kasmaran dan ingin menikmati dunia bersama kekasihnya. Kheira tak begitu menikmati, tentu alasannya sudah jelas bahwa yang kheira mau hanya dammar, bukan reno.

Kheira tak tau harus curhat kemana, sahabatnya yang selama ini menemaninya sedang sakit typus dan di rawat di rumah sakit. Hanya buku diarynyalah teman untuk mencurahkan semua isi hatinya. Segalanya dia tulis di buku itu mulai kisah cintanya yang begitu rumit. Semakin hari reno merasa hubungannya dengan kheira begitu hambar, ia merasa kheira kini mulai kelihatan tak mempedulikannya, menjauh dan selalu sulit untuk di mengerti isi hatinya. Reno menceritakan perubahan sikap kheira kepada dammar, “ah,sob..mungkin Cuma perasaan lo aja kali.”tangkas dammar. “gak,coy..gue yakin pasti ada hal yang membuat dia seperti ini sama gue..” “udahlah, kalian itu saling percaya ajah saling pengertian, gue yakin kheira tetap mencintai lo kok,.. “iyah,,,,mar…gue gak bakal ngelepasin dia, gue cinta banget ama dia, liat ajah kalau sampai dia berubah karena ada cowok lain yang mempengaruhinya, gue jamin tuh cowok gak bakal bisa senyum dan ketawa lagi..” celetuk reno sambil menggumpalkan kedua telapak tangannya.

Dammar tak menjawab, dia hanya diam sambil menelan ludah. Malam hari disebuah rumah yang sangat sederhana, kicauan burung malam bagai musik yang menghantarkan jiwa –jiwa yang lelah kedalam dunia mimpi. Dammar tak dapat memejamkan mata, dia Nampak gusar, berkali badannya dia balik – balikan menghadap kiri ke kanan terus menerus dan akhirnya kedua matanya menatap langit – langit kamarnya. Dia merenung…dia masih mencerna omongan reno kemarin siang. Lalu dammar bangkit dari kamar tidurnya ke meja belajar, ia hendak menulis surat buat kheira.

Keesokan paginya, dammar sengaja datang lebih awal karena ingin menyelipkan secarik kertas di laci meja kheira. Tak di sangka reno telah berdiri dihadapannya, “surat apa yang lo selipkan di meja cewek gue,mar?” Tanya reno sambil menatap tajam dammar.“ooh..eenggaak bu…buukan apa- apa kok.”jawab dammar begitu gugup. Reno langsung mengambil surat itu dan membacanya. Keringat langsung mengguyur seluruh tubuh dammar, dalam hatinya berkecamuk rasa sesal dan takut, ia tak mau sahabatnya itu salah paham. “ooh…ternyata selama ini cowok itu elo,mar, gue gak nyangka ya.. lo bisa setega ini sama gue..lo sama aja mengkhianati persahabatan kita.”cerca reno “ren, dengerin gue dulu, gu,,gue gak bermaksud seperti ini.”bela dammar. “dasar pengecut lo.”

Gertak reno lalu menonjok muka dammar hingga terjatuh kelantai, “lo itu udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri, tapi apa sekarang, lo main belakang sama cewek gue… “ren, dengerin gue dulu… “udahlah, gue gak mau denger penjelasan dari pecundang macam loe… sekarang gue bakal buktiin kalo gue bisa miliki kheira seutuhnya, kita main secara terang-terangan…”ucap reno sembari berlalu meninggalkan dammar yang terduduk di lantai.

Sejak kejadian itu, hubungan persahabatan mereka menjadi renggang. Reno tak lagi mau dekat- dekat dengan dammar, kondisi ini di manfaatkan oleh bimo, bimo juga tak menyukai dammar, bimo hendak mengadu domba mereka berdua. “udahlah ren, ngapain juga lo mikirin si pengkhianat itu, dia tuh gak pantes jadi sahabat lo, gak tau diri banget setelah apa yang udah lo kasih ke dia, dia malah kayak gitu sama elo..”ujar bimo memanas – manasi reno. “diam lo, gue gak perlu saran dari lo, mendingan lo pergi daripada ntar gue hajar lagi kayak waktu itu.”sangkal reno sambil memasang bugem untuk bimo. “eitss…sabar boy, gue disini ada di pihak lo, gue tuh kesini Cuma mau kasih tau lo ajah kok, kalo si dammar lagi berdua – duaan tuh ama cewek lo, kheira.” “apa lo bilang, serius lo, kalo lo bohong, gue abisin lo,” “ beneran, mereka ada di taman sekolah tuh, sambil pegangan tangan mesra gitu,” ucap bimo menambah panas hati reno.

Saat bersamaan dammar dan kheira sedang berada di taman, mereka memang sedang duduk berdua, tetapi tidak untuk bermesraan, dammar hendak memperjelas persoalannya dengan reno. Dan meminta agar kheira dapat berbicara ke reno kalau semua ini hanya salah paham. “dammar, bukankah bagus jika reno telah mengetahuinya, dengan begitu kita tak perlu bersandiwara lagi di depannya, kalau ini tetap di lanjutkan akan banyak hati yang tersakiti.” Ujar kheira. “tapi khei, ini tak semudah yang kamu kira, kita tak mungkin bisa bersatu diatas kesedihan sahabatku sendiri.”jawab dammar.

Nampak kejauhan reno memandangi mereka berdua, dari sorot matanya, reno sangat marah dan dendam kepada sahabatnya itu. Hatinya bagai terisi api yang membara. Bel sekolah berbunyi,semua siswa berhamburan dari dalam kelas dengan wajah yang bermacam – macam, senang, kusam dan sebagainya. Dari lorong kelas 2, Nampak dammar berlari menuju kelas reno. Namun apa yang ia cari tak ia temui, lalu ia bertanya kepada tasya teman sekelas reno, tasya bilang kalau reno baru saja keluar kelas menuju mobilnya, ia Nampak terburu – buru. Dammar sudah menduga, reno buru – buru pulang karena tak mau bertemu dengannya. Lalu cepat dia berlari menuju parkiran, sesampai disana mobil reno sudah siap pergi tetapi dammar datang lebih cepat dan mencegahnya. “woy, minggir gak lo, daripada gue tabrak nanti.” Ucap reno kesal. “gue gak mau minggir sebelum lo dengerin penjelasan gue terlebih dahulu.” “ woy, kalo lo tetap gak mau minggir, gue TABRAK.” Ancam reno. “silahkan aja gue tetap gak mau minggir.”teguh dammar. “ oke kalau itu yang lo MAU.” Reno tidak main – main, dia keraskan bunyi mobilnya, lalu tanpa di beri aba –aba mobil reno siap menabrak tubuh dammar,seperti banteng yang hendak menyeruduk setiap yang bewarna merah. “HENTIKAAAN…tolong berhenti reno.”

Kheira datang tiba – tiba membuat reno tersentak kaget, begitu pula dammar, air matanya membasahi pipi merahnya. Butir – butir air mata yang mewakili kekesalannya terhadap sikap reno, kok bisa dia berbuat seperti ini,batin kheira. “cukup, aku muak dengan semua ini, aku benci berada dalam lingkaran diantara kalian berdua, aku beencii.” Tangis kheira pun meledak. “hah, kenapa jadi kamu yang marah khei..kalianlah yang telah mengkhianatiku, bermain di belakangku.”terka reno yang keluar dari dalam mobilnya.

Dammar hanya bisa diam membisu, keributan mereka tak ada hasilnya. Hingga kheira pun tak dapat menahan diri dan menampar reno, lalu pergi meninggalkan mereka. Dammar yang sedari tadi hanya diam terpaku akhirnya pergi mengejar kheira. “khei, berhenti khei..kita bisa selesaikan masalah ini bersama, jangan pergi khei..”.pinta dammar pada kheira. Tapi kheira tak menggubrisnya.

Kheira terus berlari, pandangannya tidak fokus lagi dan saat dia hendak berbalik, dari arah berlawanan datang mobil yang rem nya blong, kheira tak dapat menghindar dan akhirnya dia tertabrak dan terpental lalu kepalanya terbentur pembatas jalan. Dammar berteriak histeris, dia berlari mendekati kheira yang terluka parah.

Bagai petir di siang hari, kejadian ini tak pernah ia harapkan. Kheira meminta agar dammar memangkunya, kheira mau dammar mendengarkan beberapa potong kata yang keluar, dengan suara yang tak jelas dan nafas yang tersengal. Kheira menguatkan diri,ia tahu dia tak bisa terselamatkan, sebelum terlambat, kheira sampaikan bahwa dia memohon maaf karena kehadirannya membuat persahabatan mereka hancur.tapi salahkah jika dia hanya mencintai dammar.

Bunga berguguran bagai di musim semi, langit yang mendung menambah suasana semakin terasa hampa dan menyedihkan. Butiran air mata menetes di pipi dammar, ia terlalu egois memaksakan seseorang yang begitu ia cintai untuk mencintai orang tak di cintainya. Bodoh, kini apa yang ia dapat…dia telah ditinggal pergi oleh orang yang sangat ia cintai untuk selamanya.

Kedua orang yang ia cintai telah pergi meninggalkannya, kheira telah menghadap sang kuasa, sedangkan reno sahabatnya itu telah memutuskan hubungan persahabatan mereka. Reno semakin benci dan kini ia dendam dengan dammar, reno menyalahkan dammar atas kematian kheira. Dammar dapat menerima jika reno masih marah dengannya, tetapi saat keluarganya terbawa masuk kedalam masalah mereka, dammar tak tinggal diam.ayahnya yang tak tahu menahu bingung akan sikap reno yang tidak bersahabat. “den, kenapa den reno memecat saya, apa salah saya den..”kata ayah dammar yang bekerja sebagai satpam di perusahaan papanya. “tanya saja sama anak bapak, dia sudah menghancurkan hati saya.” “dammar melakukan apa sama den reno, maafkanlah dia den,saya yakin dammar tak sengaja melakukannya, ia anak yang baik, bukankah den reno telah lama berteman dengannya.”ayah dammar. “tidak , ini sudah urusan nyawa pak, kekasih saya meninggal saat besama dia..tak dapat saya tolerir lagi, saya sangat membencinya..sangat MEMBENCINYA…”

Ayah dammar memohon hingga bersujud di kaki reno agar reno memaafkan anaknya, tetapi reno tidak dapat menerima, bahkan reno mendorong ayah dammar hinggat terjatuh. Dammar yang hendak menengok ayahnya bekerja kaget atas perilaku reno terhadap ayahnya. “ren, lo apa –apaan sih, ini masalah kita mengapa kamu ajak ayah saya ikut dalam persoalan ini”cerca dammar. Reno tak menggubrisnya, dia langsung pergi meninggalkan dammar dan ayahnya, namun tangannya ditahan oleh dammar. “tunggu ren, jawab pertanyaanku, mengapa kamu begitu sangat membenciku, hingga ayahku kau perlakukan seperti ini”. “ sok ngomong manis depan gue, kamu..kamu..hei dengar yah gue bukannya Cuma sangaat membenci lo tapi gue juga sangat dendam sama lo, ini baru permulaan, lihat apa yang akan gue lakukan untuk membalas rasa sakit hati ini mar,” ujar reno sambil menatap tajam mata dammar, tersulut mata penuh ke ambiusan untuk membalaskannya. Reno begitu membenci dammar.

Persahabatan yang telah berjalan lama sejak duduk di bangku smp hingga sekarang harus berakhir hanya karena cinta pada seorang gadis, dan juga karena kesalahpahaman. Niat reno ingin menghancurkan hidup dammar bukanlah hanya gertakan semata, reno mengirim beberapa orang untuk memukuli sahabatnya itu, tentunya reno tak mungkin bisa memukuli dammar dengan tangannya sendiri. Saat pulang sekolah dammar di jegad oleh beberapa orang yang tak di kenalnya,orang – orang tersebut lalu memukuli dirinya, tanpa rasa iba, yah…itu adalah suruhan dari reno, untuk membuat dammar tersakiti. Ternyata reno tak berhenti sampai disitu, reno merencanakan sesuatu agar beasiswa dammar di cabut, tentunya jika itu terjadi reno berharap dammar akan kesulitan untuk membayar sekolahnya dan akhirnya dia tak dapat meneruskan sekolahnya. Dengan bantuan bimo, rencananya berhasil, nama baik dammar tercoreng, dammar di tuduh menggelapkan uang kas osis karena saat itu dammar menjadi bendahara umumnya,sedangkan bimo adalah ketua osis. Janganlah di Tanya sepicik apa rencana mereka menghancurkan dammar.

Persahabatan dammar dan reno telah berakhir. Itulah menurut reno, tetapi tidak menurut dammar, dammar masih mengharapkan reno menjadi reno yang dulu yang dia kenal,yang selalu ada untuknya,yang sangat sayang padanya. Dammar senantiasa berdoa pada Tuhan agar di bukakan pintu maaf reno untuknya, dibukakan mata hati reno untuk menjadi reno yang dammar rindukan seperti dulu.

Menjelang ujian nasional, siswa – siswi sekolah mulai resah dan gusar bagaimana mereka dapat lulus dan mendapat nilai yang bagus, sebelum ujian, mereka mendapatkan latihan terlebih dahulu. Namun Untuk mengikuti latihan ujian nasional, semua tunggakan bayaran sekolah harus segera diselesaikan. Dammar sedih, keuangan keluarganya menipis, ayahnya yang dipecat kini hanya sebagai buruh serabutan, ibunya kini ikut membantu dengan menjadi tukang cuci. Tetapi penghasilan orangtuanya tidak dapat membantu membayar uang sekolahnya.penghasilan orangtuanya hanya cukup membiayai hidup dan juga ke 3 adiknya. damar tak dapat memaksa mereka, dammar juga cukup malu pada ibu dan ayahnya karena beasiswanya di cabut.

Bukan dammar jika menyerah, dia pun bekerja, mencari uang untuk membayar uang sekolahnya. Saat pulang sekolah dia bekerja menjadi pengantar susu ke rumah – rumah pelanggan. Pekerjaan ini ia dapat dari temannya,dani yang cukup simpati atas hal yang terjadi padanya. Berkat kerja kerasnya beberapa hari, uangnya dapat terkumpul dan ia pun dapat membayar uang sekolah dan sisanya ia berikan kepada ibu nya untuk membantu keperluan keluarga.

Saat disekolah,jam istirahat. Dammar dan dani yang hendak ke perpus untuk belajar bersama berpapasan dengan reno yang berjalan bersama bimo di koridor sekolah. “eh,dammar,mantan sahabatnya reno..mau kemana?” ledek bimo kepada dammar. Dammar pun berhenti dan menatap mata bimo. “ngapain si lo negor – negor dia”.ujar reno kesal. “ren, lo gak mau nostalgia dulu sama mantan sahabat lo ini..” “cukup,bim…gak ada yang namanya mantan sahabat bagi gue…reno tetap sahabat gue..gue gak pernah menghilangkan reno dari hidup gue.” Potong dammar. “ sorry yah,gue udah gak nganggep lo sebagai sahabat bahkan teman gue…lo gue end… ngerti lo.”ucap reno sambil berlalu meninggalkannya.” “lo denger tuh mar, lo gue end….hahayy.”ujar bimo sambil tertawa geli melihat ekspresi wajah dammar yang sedih sambil berlari mengejar reno. “yang sabar mar, gue yakin reno bakalan nyesel udah berbuat seperti ini sama lo, sahabat yang begitu menyayanginya.”ujar dani menghibur dammar.”

Ketika sore hari, reno hendak mencari angin segar. Dia melihat dammar sedang mengendarai motor lamanya bukan motor pemberiannya dulu, sebab motor itu sudah dikembalikan saat mereka mulai bermasalah. Motor dammar berhenti di rumah tetangga reno, dari kejauhan reno mengamati dammar yang membawa beberapa botol susu. Dalam hatinya berkata “dia begini karena kebenciannya yang tak terkendalikannya, dalam hatinya sangat miris, ingin ia menghampiri dammar dan memeluknya, tapi reno terlalu gengsi dan dendamnya masih ada di sorot mata hatinya.

Saat ujian nasioal telah berlalu dan masa – masa indah sma telah berakhir..perpisahan pun telah tiba, dammar masih merindukan sosok reno sebagai sahabatnya bukan seorang yang menganggapnya sebagai musuh. Reno yang diharapkan dammar sedang mendapatkan musibah, adik satu –satunya yang ia miliki, reiny menderita gagal ginjal, adiknya kini terbaring di rumah sakit dan kritis. Dokter menyatakan bahwa reiny memerlukan donor ginjal segera jika tidak ia akan meninggal. Papa mama reno serta reno pun gusar, berusaha mencari donor ginjal yang cocok untuk reiny. Karena harus menjaga reiny dan mencari pendonor ginjal.

Papa reno menyuruh reno untuk menggantikan posisinya sementara di perusahaan. Reno pun menyanggupi amanah dari papanya itu. Di perusahaan ayahnya, reno menawarkan semua karyawannya untuk menjadi pendonor ginjal, imbalannya ia akan memberikan uang yang dimau si pendonor itu.

Beberapa karyawannya tertarik namun tak satupun yang cocok untuk reiny. Sepertinya apa yang telah ia lakukan sia – sia tak ada hasil. Reno terpukul sekali,,. Dia mencoba menenangkan diri disebuah taman kota yang menjadi tempat favoritnya bersama dammar dulu, dia sedih, air matanya tak terasa membanjiri pipinya,ia tak peduli dengan tatapan mata orang yang lewat didepannya. Ia tak mau kehilangan adik kesayanggannya itu. Tak di sadarinya reno bertemu dengan dammar. “reno..kau kah itu?, mengapa kau menangis.”sapa dammar sambil duduk disebelah reno. “bukan urusan lo, ngapain lo disini, ngapain juga duduk di samping gue.”cerca reno sambil mengusap air matanya. “inikan tempat favorit kita berdua, aku kangen sama kamu ren, karena itu aku kesini dan berharap bisa bertemu denganmu,ternyata Tuhan mendengar pintaku,akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu.”ujar dammar sambil tersenyum manis untuk reno.”gak usah basa – basi deh, sekarang pilih..lo yang pergi apa gue yang pergi” hardik reno sambil memasang wajah yang tak mengenakan untuk di lihat. “ren, sampai kapan kamu membenciku, sampai kapan kamu bisa memaafkanku, aku gak bisa kalau harus melupakanmu.” “udahlah mar, gue lagi ada masalah, jangan buat gue naik pitam, adik gue lagi sakit.”;ceplos reno. “hah, rei sakit apa ren?”Tanya dammar ingin tahu. “ dia sakit ginjal dan memerlukan donor ginjal segera jika tidak…” “jika tidak kenapa ren..” potong dammar. “ jika tidak reiny akan meninggal, puaas lo mar, udah gue kasih tau, sekarang lo pergi, tinggalin gue sendiri.”tutup reno. “ren, aku mau jadi pendonor ginjal buat reiny.” Ujar dammar. “ maaf gue gak perlu bantuan lo.” “ren,percaya ini demi adik lo,reiny udah seperti adik gue sendiri.lo gak mau kan terjadi apa- apa sama dia jika terlambat untuk mencari donor untuknya”.

Karena terpaksa, reno pun menyetujuinya, dammar pun di bawa ke rumah sakit tempat adiknya di rawat untuk diperiksa. Jika ginjalnya cocok, maka dammar akan menjadi pendonor untuk reiny dan harus menjalani operasi, dengan begitu dammar hanya memiliki 1 ginjal nantinya. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, dokterpun menerangkan bahwa ginjal dammar cocok dengan reiny. Keluarga reno pun bersyukur namun tak berlangsung lama karena ingat apakah ayah ibu dammar memperbolehkan dammar untuk menjadi pendonor reiny setelah apa yang dilakukannya dengan ayah dammar.

Semula orangtua dammar menolak,namun karena tekad dammar yang telah bulat untuk menolong reiny,maka orangtua dammar menyetujuinya. Sebelum operasi dammar meminta untuk berbicara sebentar dengan reno. “apa yang lo mau dari gue mar.” Tanya reno serius “gue Cuma minta lo mau nerima gue lagi,ren.jika lo dah gak mau bersahabat seperti dulu dengan gue,gue bisa terima tapi tolong kita tetap berteman dengan baik yah..maafin gue .”pinta dammar. “Cuma itukah.” “1 lagi ren, gue mau bekerja di kantor yah lo, gue mohon,gue gak tau gimana caranya buat bantu orangtua gue.”pintanya lagi kepada reno. “ sorry mar, gak ada lowongan kerja lagi, kecuali office boy..”terang reno. “gak pa2 ren, gue kerja apa aja mau.”tegas dammar. “baiklah kalau begitu.”

 Dammar pun masuk keruang opersai, begitu pula dengan reiny. Reno berhrap keselamatan untukkeduanya, orang yang ia saying, reno mencoba melawan sikap pendendamnya. 3 jam telah berlalu, operasipun selesai dan lancar. Keduanya telah melewati masa kritisnya, mereka di bawa kekamar rawat masing – masing, reiny telah sadar, ini membuat keluarga reno bahagia, namun dammar sampai sekarang belum sadarkan diri. Reno mencoba melawan rasa simpatinya terhadap dammar, ia yakin sebentar lagi dammar akan sadar lagipula disana sudah ada orangtuanya yang menjenguk serta orangtua dammar sendiri. 3 bulan setelah operasi itu, reno menepati janjinya. Ia memperkerjakan dammar di kantornya, dammar senang bisa bekerja dikantor orang yang selalu ia anggap sebagai sahabatnya itu, reno teetap bersikap dingin dengan dammar, tetapi ini tak pernah membuat dammar menjauhi reno bahkan dammar selalu ingin dekat dengan reno. “ini kopinya bos.”sapa dammar kepada reno sambil menaruh secangkir kopi panas di meja kerja reno. “makasih.”ucap reno “kalau perlu apa – apa panggil ajah yah.”ujar dammar. “iya”jawab reno sedikit ketus.

Lalu dammar pergi dan menutup pintu mebiarkan reno kembali bekerja. Dammar kembali bekerja di dapur, namun hari ini terasa aneh. Perut di bagian bawah dekat pinggangnya terasa sangat sakit, ia mencoba tetap kuat dan melawan rasa sakit itu, tapi rasa sakitnya semakin menjadi. Hingga ia menjatuhkan gelas yang ia hendak cuci.

Mendengar keributan di dapur memerapa karyawan menghampirinya dan menolongnya. “dammar tidak apa- apa?”Tanya salah satu karyawan itu. “tidak apa- apa kok bu.”jawab dammar pelan. Hal seperti ini sering terjadi, bahkan dammar sempat pingsan dan di bawa kerumah sakit, reno yang tahu akan itu hanya diam tak pura – pura tidak tau bahkan taak mau tau akan sakit yang di derita dammar.

Keesokan harinya dammar datang kekantornya, ia mulai seperti biasa bekerja sebagai office boy, sudah seminggu dammar tidak kelihatan. Saat melihat dammar,reno langsung memanggilnya  keruangannya. “dammar kamu kenapa?”Tanya reno. “tidak pa2 bos.”jawab dammar. “dammar, maaf yah kamu saya pecat..”ucap reno.kali ini nada bicara reno sangatlah lembut.entah apa yang di inginkan reno.tetapi dammar menerimanya dan pergi begitu saja tanpa berpamitan. Dammar menangis, ia tak tau lagi apa yang harus dilakukannya agar reno bisa seperti dulu, orang yang ramah dan baik memperlakukannya.

Di ruangannya reno terpaku diam dan tak terasa air matanya terjatuh, airmata untuk dammar. Dammar pulang kerumah, ia tak ingin terlihat bersedih dihadapan orangtua dan adiknya. Ia pun tak mengatakan tentang sakit yang kini datang menghampirinya, orangtua dammar kini mempunyai warung yang diberikan oleh orangtua reno karena dammar telah mendonorkan ginjal untuk reiny.damar sangat menyayangi ayah,ibu dan ke 3 adiknya,ia berjanji takkan merepotkan mereka lagi. Dammar berharap air matanya telah habis, agat tiada kesedihan lagi menghampirinya…tiada lagi.

Reno datang kesiangan kekantor, semalam ia merenung tentang kisah yang telah terjadi. Ia langsung menuju ruangannya,tetapi sekretarisnya menghampirinya dan menyerahkan buku diari, buku diary milik kheira yang dititipkan oleh tasya teman semasa sma nya dulu.

Lembar  demi lembar di buku itu ia baca,meneteslah lagi air matanya. Ia bahkan tak sanggup meneruskan untuk membaca, tetapi ia mencoba untuk tegar..buku diary inilah yang membuka mata hati reno yang telah di butakan oleh kebencian dan dendam.

Sahabatnya yang telah ia aniaya,yang telah ia hancurkan hidupnya adalah seorang yang berhati malaikat, dialah yang selalu berusaha menjaga hatinya, tak pernah membiarkan hatinya terluka,bahkan merelakan cinta sejatinya pergi meninggalkannya hanya demi sahabat yang tak terima kasih seperti dirinya. Reno sangat menyesal…ia tersdar bahwa air mata tak bisa menebus dosanya terhadap dammar.

Reno mendatangi rumah dammar,rumah yang sudah lama tak ia datangi semenjak ia membenci dammar.reno tak sudi untuk menginjakan kakinya disini. Reno mengetuk pintu rumah dammar, tetapi rumah itu tampak sepi seperti tak berpenghuni. Lalu reno bertanya ke tetangga sebelah rumah dammar.

Tetangga tersebut bercerita bahwa keluarga dammar telah pindah,hendak pulang ke kampung halamannya. “ibu tau mereka pindah ke daerah man?.”Tanya reno. “buat apa kau bertanya itu, bukankah kau hanya ingin bertemu dengan reno” Tak disangka reno, dani berdiri di belakangnya. “dani…”ucap reno kaget. “mengapa baru sekarang kau kemari ren.” “dani,maaf gue terlalu jahat,gue mau minta maaf sama dammar, gue mau hubungan pershaabatan gue sama dia terjalin lagi, seperti dulu..gue menyesal.”tutur reno menahan tangis. “tapi ini telah berakhir ren, ia takkan bisa bersamamu lagi.” Ucap dani. “maksud nya apa, apakah dammar kini juga membenci gue,gak pa2 den gue terima, gue bakal terima perlakuan apa ajah dari dia,tapi pliss jangan halangi gue buat ketemu dia ,gue kangen sama dia.” “gue gak bakal ngelarang lo kok ketemu sahabat lo,dia memang sahabat sejati lo ren, sayangnya lo gak bisa menjaganya.” “maksud lo apa si dan,gue gak pahan semua omongan lo.” “ren, asal lo tau, dammar menderita gagal ginjal, ginjalnya memang tinggal satu karena yang satunya ia berikan kepada adik lo, ternyata ginjal danar yang tingggal 1 itu tak berfungsi dengan baik, dia harus senantiasa cuci darah, selama ini ia sembunyikan penyakitnya itu, orangtuanya pun tak dia beritahu.sampai akhirnya…” “ya Tuhan…kenapa bisa begini apa yang telah ku perbuat pada sahabatku, aku telah membunuhnya.”

Tangis reno pun tak tertahankan. “ren, sabar ren, ini semua bukan salah lo sepenuhnya..kita iklaskan saja.” “iklhaskan dan…maksud lo apa dan..trus kalimat lo apa yang akhirnya itu..kenapa ada apa dengan dia selanjutnya dan…kasih tau ke gue…” cerca reno “lo harus kuat ren, dammar tidak bisa terselamatkan, dia sudah terlalu parah, tenaganya tak dapat membendung rasa sakit yang ia rasakan.”tutur dani, dani pun tak dapat menahan air mata nya. “dammar udah gak ada, dammar udah pergi menyusul kheira..”lanjut dani meneruskan kalimatnya yang terpotong.

Bagai badai yang menerpa tubuhnya,reno tak dapat menjaga keseimbangan tubuh,Reno tak kuat mendengarnya,ia pun jatuh pingsan. Kicauan burung di pagi hari, bunga melati yang bermekaran kini banyak yg gugur dan jatuh ketanah. Semerbak harumnya menambah lemah jiwa – jiwa yang menhirupnya, langit nya bagai langit di senja hari.hari ini begitu memilukan…memilukan hati.

Reno terduduk lemah bagai tak ada sisa – sisa tenaga lagi, kepalanya terbaring di atas pusara yang bertuliskan nama “moh.damaryanta” tepat disebelahnya adalah makam kheira…air mata reno terus mengalir seakan tak ada habisnya, tak dapat mengukur kepedihan hatinya serta penyesalannya yang begitu besar. Terdengar sayup bisikan lembut ditelinga kanannya hingga membuat dirinya terjaga dan kembali menangis, bisikan itu membuat hatinya tenang namun batinya terasa teriris sembilu… kau tetap sahabatku…selama-lamanya.

Sumber : (LokerSeni.web.id)

0 komentar:

Kalo Copy - Paste Cantumin Nama Sumbernya Juga Ya :)